Mendaki Gunung

Tag

, , ,

Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduhh!” jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, “Aduhh!”

Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, “Hei! Siapa kau?” Jawaban yang terdengar, “Hei! Siapa kau?” Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, “Pengecut kamu!” Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, “Apa yang terjadi?”

Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, “Anakku, coba perhatikan.” Lelaki itu berkata keras, “Saya kagum padamu!” Suara di kejauhan menjawab, “Saya kagum padamu!” Sekali lagi sang ayah berteriak “Kamu sang juara!” Suara itu menjawab, “Kamu sang juara!”

Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan, “Suara itu adalah GEMA, tapi sesungguhnya itulah KEHIDUPAN.”

Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hatimu. Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu..

Sumber : kaskus.us

Terima Kasih

Tag

Seringkali kita tidak menyadari, bahwa kekuatan kata-kata yang terucap, baik di hati atau di mulut kita. Seringkali kata-kata yang terucap menjadi sebuah rutin / program yang kemudian berjalan dalam pikiran dan diri kita, dan kemudian berpengaruh pada kehidupan kita.

Banyak yang berkata, ”coba untuk selalu berpikiran positif” atau ”iklaskan semua yang telah terjadi”, tapi ternyata bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Bagaimana cara “real”nya untuk menerapkan ini semua?

Memang dengan berpikiran positif, maka kita mampu untuk menghadapi banyak hal-hal yang menyulitkan dan memberatkan kita di hari-hari kita, tetapi memang seringkali apa yang kita ucapkan terasa sangat berat.

Perlu contoh? Pernahkah anda berada dalam kondisi ini:

Anda bangun pagi dalam kondisi badan yang tidak terlalu fit, dan sepertinya masalah tidak memilih waktu dan tempat untuk muncul, timbul “sedikit” perdebatan kecil di pagi hari dengan pasangan anda (atau dengan keluarga yang serumah dengan anda). Dan, seperti hari ini tidaklah lengkap tanpa masalah beruntun berikutnya yang menimpa anda, anda berangkat dengan kondisi yang cukup terlambat, ditambah dengan kondisi kemacetan jalanan yang “agak” lebih banyak daripada biasanya. Alhasil? Ketika sampai di kantor, kata-kata pertama yang keluar dari mulut atasan anda sanggup membuat telinga anda memerah (apalagi anda tahu bahwa anda memang membuat kesalahan), karena terlambatnya anda atau pekerjaan lain yang memang belum selesai anda kerjakan. Belum cukup sampai disitu, beban pekerjaan yang bertubi-tubi benar-benar menjadikan hari anda hari itu seperti neraka rasanya. Masih ditambah dengan tekanan-tekanan dari klien/ pelanggan/mitra kantor anda yang berhubungan langsung dengan anda. Masih perlu ditambah lagi?

Nah, siapapun yang pernah berada dalam kondisi diatas, tahu bahwa untuk berpikiran positif saat itu sangatlah sulit (sekali lagi, sulit, bukannya tidak mungkin). Lalu, apa yang bisa dilakukan saat itu?

Saran untuk ”coba berpikiran positif” mungkin akan ditanggapi ”benar juga, ini Cuma sementara”, atau justru mungkin memicu kata-kata dalam hati ”bener sih, berpikiran positif bagus, tapi coba kalau kamu yang ada di dalam posisi saya, apa masih bisa ngomong seperti itu!” (tidak bisa tidak, sambil menulis, saya tersenyum-senyum sendiri, untuk hal yang juga pernah saya alami sendiri)

Salah satu cara yang praktis untuk mengatasi berbagai hal ini adalah dengan berterima kasih. Berterima kasih??? Ya, berterima kasih atas segala yang telah terjadi pada diri kita hari ini.

Terima kasih untuk badan yang terasa tidak fit ketika bangun di pagi hari..
Terima kasih untuk pasangan/keluarga yang ”menyebalkan” sebelum kita berangkat…
Terima kasih untuk kondisi jalanan yang macet ketika kita di perjalanan…
Terima kasih untuk atasan yang memarahi kita setibanya di kantor…
Terima kasih untuk klien kantor yang menekan kita ketika kita berhubungan dengannya…

Terima kasih untuk apapun yang tejadi pada diri kita, untuk setiap kejadian positif maupun negatif yang kita terima, yang kita alami, karena pasti ada sebuah pelajaran/hikmah yang memang PASTI dapat kita ambil dari situ. Kalau tidak ada? Berarti kita belum mencarinya dari sisi pandang lain, atau… biarkan saja pikiran kita yang akan ”meramunya” untuk kita.

Berterima kasih pada siapa? Pada pilihan yang telah kita ambil (untuk menyesal dan berterima kasih, energi yang kita keluarkan sama, buat apa memberikan efek negatif dengan menyesal? Dengan menyesal kita dapat kembali ke masa lalu? Tidak bukan…), pada Tuhan yang telah menempatkan kita pada suatu keadaan tersebut (yang pasti TIDAK mungkin TIDAK, pasti ada maksudnya, kita saja yg belum tahu).

Terima kasih untuk badan yang tidak terasa fit ketika bangun di pagi hari, karena dengan itu berarti kita diingatkan bahwa kita masih punya umur, masih hidup, dan kita tahu bahwa kalau kita mau berumur lebih panjang dan menikmati hidup, ada pola makan dan olah raga kita yang harus diubah…

Terima kasih untuk pasangan/keluarga yang ”menyebalkan” sebelum kita berangkat, karena dengan itu berarti kita masih punya seseorang yang terikat secara emosional dengan kita, sementara banyak sekali orang yang tinggal seorang diri hidup di dunia, atau sangat berharap ada seseorang yang bisa memeluk atau memarahinya, tetapi itu semua sekedar angan-angan…

Terima kasih untuk kondisi jalanan yang macet ketika kita diperjalanan, karena dengan itu berarti kita diingatkan, ketika lain kali ada sebuah urusan di pagi hari, kita mampu ingat bahwa kondisi jalanan macet dan kita mampu mengambil tindakan preventif dengan berangkat lebih pagi…

Terima kasih untuk atasan yang memarahi kita setibanya di kantor, karena dengan itu berarti kita masih punya pekerjaan, sementara banyak sekali orang di luar sana yang masih berharap untuk punya sekedar pekerjaan hari ini demi menyambung kehidupannya…

Terima kasih untuk klien kantor yang menekan kita ketika kita berhubungan dengannya, karena dengan itu berarti kita semakin matang dan bijaksanan secara emosi di pekerjaan, dan semakin belajar lebih banyak lagi tentang apapun yang menjadi bagian dari pekerjaan kita, sehingga makin ahli kita di bidang itu…

Dan bila anda merasa bahwa itu semua bukan sebuah pelajaran atau hikmah, tetaplah berterima kasih… biarkan pikiran bawah sadar anda yang menunjukkannya pada anda… biarkan…

Sebetulnya, bagaimana ”terima kasih” itu bekerja dalam diri saya?

Ketika kita mengucapkan ”terima kasih”, baik dalam hati maupun dengan berbicara, maka terjadi proses penyerapan kembali oleh pikiran kita. Nah, didalam pikiran itulah semua ini berawal.

Ketika sebuah kata-kata masuk ke dalam pikiran, secara singkat, yang terjadi adalah:

”Kata-kata” —-> Pikiran —-> Pikiran Bawah sadar —-> Diproses —-> Hasil —-> Ide/Perasaan

Proses inilah yang kira-kira terjadi dalam pikiran kita. Kekuatan dari kata-kata yang kita pikirkan (self talk) maupun yang terucap (external communication) mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa, yang mempengaruhi kita secara pikiran, emosi, maupun fisik.

Ketika kita mengucapkan terima kasih (pada diri kita atas pilihan kita ataupun pada Tuhan Sang Penguasa Alam Semesta), maka yang terjadi adalah di dalam pikiran bawah sadar kita mulai terjadi sebuah proses yang berkelanjutan. Proses yang kemudian menghasilkan sebuah ide atau perasaan. Ide atau perasaan apa? Kalau kata-kata yang kita ucapkan adalah terima kasih, maka apapun ide dan perasaan yang muncul adalah hal-hal yang menyenangkan.

Misalnya?

Muncul ide untuk berolah raga dan menjaga makan…
Muncul ide untuk mengubah cara berkomunikasi dengan pasangan/keluarga…
Muncul ide untuk mencari jalan lain atau mengubah waktu berangkat ke kantor…
Muncul ide untuk melakukan pendekatan berbeda dengan atasan…
Muncul ide untuk menghadapi klien kantor dengan cara yang lain…

Dan masih banyak ide dan perasaan menyenangkan yang bermunculan, dimana semua itu merupakan hasil proses dari pikiran bawah sadar (yang pastinya tidak kita sadari ketika pikiran bawah sadar sedang memproses kata-kata kita, wong namanya saja pikiran bawah sadar), dimana ketika proses tersebut dianggap sudah selesai (oleh pikiran bawah sadar), maka dilepaskanlah hasil tadi ke pikiran. Berupa apa? Tentu saja berupa ide atau perasaan…

Sebenarnya masih banyak lagi hal-hal yang bisa dibahas dari ucapan terima kasih, pada diri sendiri dan pada Tuhan, semuanya mampu membuat mata kita terbelalak. Begitu luar biasanya pengaruh kata-kata pada diri kita.

Jadi, Terima kasih untuk apa saja yang ingin anda ucapkan pada hari ini?

Waktu Versi Mahasiswa

Tag

, ,

Kalau ingin tahu betapa berharganya waktu satu semester, tanyakanlah kepada mahasiswa yang ‘memperdalam’ mata kuliah di semester berikutnya.

Kalau ingin tahu betapa berharganya waktu seminggu, tanyakanlah kepada mahasiswa rantau di minggu akhir perkuliahan. Enaknya sih pulang kampung.

Kalau ingin tahu betapa berharganya waktu sehari, tanyakanlah kepada mahasiswa yang titip absen waktu kuis mendadak diadakan hari itu.

kalau ingin tahu betapa berharganya waktu semalam, tanyakanlah kepada mahasiswa yang semalaman belajar keras, besoknya UAS tetep aja ngga bisa ngerjain.

Kalau ingin tahu betapa berharganya waktu satu jam, tanyakanlah kepada mereka yang kuliah siang, yang harusnya bisa dipake buat istirahat tidur siang.

Kalau ingin tahu betapa berharganya waktu satu menit, tanyakanlah kepada mereka yang dapet dosen killer, telat satu menit aja ngga boleh masuk kelas.

Kalau ingin tahu betapa berharganya waktu satu detik, tanyakanlah kepada mahasiswa yang paling ahli nyontek, dimana satu detik kelengahan pengawas harusnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.

 

Sumber : http://fuckyeahmahasiswa.com/page/6

Kuis Kehidupan

Tag

,

Di suatu sekolah, seorang guru memberikan sebuah kuis yang lain dari biasanya kepada para muridnya. Sang guru membawa 2 kertas yang masing-masing berisi 5 pertanyaan. Lalu, ia membaca 5 pertanyaan di kertas pertama untuk dijawab oleh para murid. Pertanyaannya adalah:

  1. Sebutkan 5 orang terkaya di dunia
  2. Sebutkan 5 pemenang Academy Awards untuk kategori aktor terbaik dalam 5 tahun terakhir
  3. Siapa saja 5 pemenang Miss Universe yang kamu ketahui
  4. Sebutkan 5 orang yang pernah memenangi nobel perdamaian
  5. Sebutkan 5 orang yang menghasilkan penemuan di bidang fisika

Ternyata para murid mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Lalu sang guru berkata, “anak-anak, kita banyak yang tidak bisa mengingat siapa saja figur-figur yang pernah menjadi pembicaraan orang banyak. Mereka adalah orang yang memiliki prestasi luar biasa. Mereka terbaik di bidangnya masing-masing. Tetapi setelah tepuk tangan berhenti, prestasi mereka memudar, piala dan sertifikat mereka mulai usang dan terkubur bersama pemiliknya maka mereka akan mulai dilupakan.”

Lalu, sang guru kembali membaca 5 pertanyaan. Kali ini dari kertas kedua. Pertanyaannya adalah:

  1. Sebutkan 5 guru yang sudah membantumu dalam perjalananmu sebagai seorang pelajar
  2. Sebutkan 5 temanmu yang menghibur dan mendukungmu di saat-saat sulitmu
  3. Sebutkan 5 tokoh yang sudah menginspirasikan hidupmu
  4. Sebutkan 5 orang yang membuatmu merasa spesial saat kamu bersama mereka
  5. Sebutkan 5 orang temanmu yang kamu senangi untuk menghabiskan waktu bersama-sama

Ketika menjawab pertanyaan ini, para murid dapat menuliskan semuanya tanpa kesulitan apapun.

Sang guru tersenyum lalu berkata, “kamu baru saja belajar hal yang penting untuk hidupmu, bahwa orang-orang yang sangat berarti bagimu dan akan selalu kamu ingat bukanlah orang yang memiliki penghargaan terbanyak, uang terbanyak, maupun prestasi terbanyak. Mereka adalah orang-orang yang peduli padamu, memiliki pengaruh dan membuat perbedaan dalam hidupmu, dan berada di sampingmu di saat orang lain meninggalkanmu.”

“Banyak orang ingin duduk bersamamu di limousine, tetapi yang kamu inginkan adalah orang yang mau naik bus bersamamu ketika limousinemu rusak”Oprah Winfrey

Maaf, Saya Tidak Punya Uang Kembalian

Tag

, , ,

Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah Sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan Condong Catur demi menyambung hidup. Mbah Sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “Mau nonton apa saya malam ini?”, Mbah Sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”

Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi Mbah Sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.

Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.

Ketika Mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Wah cepat sekali. Berapa pak?”

“5000 rupiah mas”

Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah Sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.

“Wah mas gak ada uang pas ya?”

“Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”

“Maaf Mas, saya nggak punya uang kembalian”

“Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”

“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”

“Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”

Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi Mbah Sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “Ikhlas. Insya Allah akan dapat gantinya.”

Waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat Ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.

“Ya Allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakMu.”

Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Saat ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“Wah kebetulan kita ketemu disini, Pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”

Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.

“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”

“Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya pak”

“Tapi ini terlalu banyak mas”

“Saya bayar sol sepatu cuma Rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”

Tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambaNya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.

Passport by Rhenald Kasali

Tag

, , , , ,

Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherankan, ternyata hanya sekitar 5% yang mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat, jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pelancong lokal.

Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki “surat ijin memasuki dunia global.”. Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.

Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan, pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura, Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa dijangkau.

“Uang untuk beli tiketnya bagaimana, pak?”

Saya katakan saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.

Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga para dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-buang uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamaternya sendiri. Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan sejuta kesempatan untuk maju. Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang terbayangkan, pengetahuan, teknologi, kedewasaan, dan wisdom.

Namun beruntunglah, pertanyaan seperti itu tak pernah ada di kepala para pelancong, dan diantaranya adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok backpackers. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan super murah, menggendong ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka sebenarnya tak ada bedanya dengan remaja-remaja Minang, Banjar, atau Bugis, yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.Ini berarti tak banyak orang yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeramkan, sejauh, bahkan semewah di masa lalu.

Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko, menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampiri saya dengan menunjukkan pasportnya yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat teman-temannya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi eksekutif di sebuah perusahaan besar di luar negeri.

The Next Convergence
Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergence, penerima hadiah Nobel ekonomi Michael Spence mengatakan, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan penduduk dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan miskin-lulusan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-balik Surabaya-Hongkong.

Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak pernah keluar negeri sekalipun. Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport.Maka bagi saya, penting bagi para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis melewati perbatasan Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan jam mereka sudah mendapatkan pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu pupusnya kebangsaan karena kita kurang urus daerah perbatasan. Rumah-rumah kumuh, jalan berlubang, pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan infrastruktur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya ada di sisi seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universitas Indonesia, setiap mahasiswa saya diwajibkan memiliki pasport dan melihat minimal satu negara.

Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus Chiangmay dan menyaksikan penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung melawan arus globalisasi. Namun belakangan saya berubah pikiran, kalau diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian dan inisiatif? Maka perjalanan penuh pertanyaan pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf tulisannya jauh lebih rumit dan pronounciation-nya sulit dimengerti menjelajahi dunia tanpa rasa takut. Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah punya pasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi, jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatkan tiket, menabung, mencari losmen-losmen murah, menghubungi sponsor dan mengedarkan kotak sumbangan. Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya sendiri.
Namun harap dimaklumi, anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun kini dipasportnya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka anak-anak orang kaya yang orangtuanya mampu membelikan mereka tiket? Tentu tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing.
Anak-anak yang ditugaskan ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit. Sekembalinya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita, gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka.

Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus Tambunan atau Nazaruddin yang baru punya pasport dari uang negara.

Rhenald Kasali
Guru Besar Universitas Indonesia

Regards,

Kepuasan & Kesederhanaan

Tag

, , ,

Rasa puas itu relatif bagi setiap orang, ada yang sudah terpuaskan dalam satu sisi masih mencari kepuasan di sini lain. Karena tidak ada satu parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kadar kepuasan dalam setiap diri manusia.

Ketidakpuasan sesungguhnya akan memacu motivasi seseorang untuk berjuang, dan meningkatkan kadar hidup dan prestasi dirinya. Tetapi bukan berarti ketidakpuasan itu sendiri membelenggu hidup seseorang. Selama seseorang tidak merasa puas dengan keadaannya maka ia akan berusaha untuk memenuhi hasrat keinginannya. Sesungguhnya keinginan itu tidak ada habis-habisnya untuk diikuti dan sangat sulit mengukur tingkat kepuasannya.

“Merasa puas, mudah di sokong, sederhana hidupnya” kesannya adalah mengajarkan seseorang untuk tidak mengejar materi. tetapi kalau ditelaah lebih dalam lagi sesungguhnya bukan demikian.

Ketika seseorang telah dapat menerima apa yang telah dikerjakannya, apa yang telah diusahakannya, dan apa yang telah di raihnya sesungguhnya inilah kepuasan bagi dirinya, tidak perlu merepotkan orang lain, tidak membuat susah orang lain, dan hidupnya pasti akan jauh dari permasalahan, pikirannya tidak terlalu rumit, makannya pun lahap, tidurnya pun nyenyak. inilah kehidupan yang sederhana.

jadi kesederhanaan bukan hanya dilihat dari sekedar materi.

Dengan memiliki materi dan kehidupan yang kecukupan maupun lebih, kita harus dapat mensyukurinya, merasa puas dengan hasil keringat kita sendiri, dengan tidak melekatinya serta dapat berbagi dengan orang lain. Inilah yang disebut dengan kesederhanaan. Memiliki bukan untuk sendiri tetapi memiliki untuk berbagi dengan sesama.

Dengan demikian seseorang sudah sewajarnya mengejar prestasi, harus berkerja keras tanpa harus terbelenggu di dalamnya. Hidup ibarat air yang mengalir, yang dapat mengaliri sawah dan ladang disekitarnya, dari dataran tinggi yang akhirnya mengalir ke samudera luas, menguap menjadi awan dan akan turun sebagai hujan, untuk kembali lagi memberi kehidupan pada semuanya.

Memang sulit mengukur tingkat kepuasan seseorang, tetapi biar bagaimanapun kita membutuhkan rasa penasaran dan rasa keingintahuan serta ketidakpuasan yang positif untuk mendorong kita agar dapat bekerja lebih maksimal lagi. Seperti rakit yang masih kita butuhkan untuk menyeberangi sungai atau lautan. ketika telah sampai pada tujuan, sudah pasti kita tidak membutuhkannya lagi. Tidak perlu membawa rakit itu sepanjang perjalanan anda di daratan (kecuali ada banjir hahhahaha) karena hanya akan membawa penderitaan dan beban yang berkepanjangan. Bila kita melekat pada ‘rakit’ maka kita pasti tidak akan menemukan kebahagiaan yang sejati.

Artinya bila kita telah sampai pada level tertentu merasa puaslah dan berbagilah pada sesama kurangi kemelekatan, terimalah apa yang menjadi milikmu dengan hati yang lapang dan sadarilah itu semua hanya sementara, dengan demikian kita akan bahagia dalam menjalani hidup ini. Sederhana dalam pola pikir, sederhana dalam bertindak, sederhana dalam bertutur kata, sederhana dalam kehidupan adalah orang yang bersahaja.

 

Sumber : kaskus.us

Hidup Bukanlah Rutinitas

Tag

, , ,

Berapa umur anda saat ini?
25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60 tahun…
Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda?
Berapa lama lagi sisa waktu anda untuk menjalani kehidupan?
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.

Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba. Waktu untuk kita
bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagai pelajar, sebagai
seorang profesional, dll.
Kita memulai hari yang baru. Macetnya jalan membuat kita semakin tegang
menjalani hidup. Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa. Tugas kuliah
menumpuk, tugas lainnya yang membuat kepala pusing.
Tak terasa, siang menjemput…”Waktunya istirahat..makan-makan..” Perut
lapar, membuat manusia sulit berpikir. Otak serasa buntu. Pekerjaan menjadi
semakin berat untuk
diselesaikan. Matahari sudah berada tepat diatas kepala. Panas betul hari
ini…
Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja…Perut kenyang,
bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk. Aduh tapi pekerjaan
kok masih banyak yang belum selesai. Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus
bekerja sampai akhirnya terlihat di sebelah barat…

Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah. Gelap mulai menjemput. Lelah sekali hari ini. Sekarang jalanan macet. Kapan saya sampai di rumah. Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket.
Nikmat nya air hangat saat mandi nanti. Segar segar…
Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera, dan ada yang berlarian mengejar bis kota bergegas ingin sampai di rumah.
Dinamis sekali kehidupan ini.

Waktunya makan malam tiba. Sang istri atau mungkin Ibu kita telah menyiapkan

makanan kesukaan kita. “Ohh..ada sop ayam”
. “Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali”.
Suami memuji masakan istrinya, atau anak memuji masakan Ibunya. Itu juga kan
yang sering kita lakukan.

..Selesai makan, bersantai sambil nonton TV. Tak terasa heningnya malam
telah tiba. Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan
lelap. Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari
yang baru lagi.

Kehidupan..ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang.
Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.
Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum,melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau malam adalah sama.
Hanya rutinitas…sampai akhirnya maut menjemput.

Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas.
Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan.
Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi.

Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa ..
Kehidupan adalah … dll.

Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani.
Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda ?
Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda ?
Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuk sebuah rutinitas belaka ?

Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi.
Hanya Tuhanlah yang tahu…
Pandanglah di sekeliling kita…ada segelintir orang yang membutuhkan kita.

Mereka menanti kehadiran kita. Mereka menanti dukungan kita. Orang tua,
saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama……
Serta Tuhan yang setia menanti ucapan syukur dari bibir kita.

Bersyukurlah padaNYA setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini. Buatlah hidup ini menjadi suatu ibadah.

 

Sumber : kaskus.us

Melepas 8 Hal Dalam Kehidupan

Tag

, , ,

1. Melepas tekanan
Lelah tidaknya Anda tergantung pada persepsi Anda. Apabila Anda tidak membersihkan pikiran, maka pikiran akan penuh debu. Setiap hari Anda akan menemui banyak kegiatan, sebagian bahagia, sebagian lagi tidak.

Semua peristiwa ini akan menetap di pikiran, melebur dan mengacaukan pikiran. Bila Anda menyimpan kenangan yang menyakitkan, Anda akan merasa sangat tertekan. Oleh karenanya, bersihkan pikiran Anda, biarkan hal-hal itu berlalu, singkirkan kenangan pahit, maka Anda akan memiliki banyak ruang untuk kebahagiaan.

Ketidakbahagiaan merupakan akar penderitaan Anda.

2. Melepas kekhawatiran
Kebahagiaan sebenarnya cukup sederhana. Melatih tersenyum, bukan secara mekanis memasang ekspresi pada wajah Anda, tetapi berusaha keras untuk mengubah apa yang Anda rasakan di dalam. Belajar untuk menerima kenyataan dengan tenang; belajar bagaimana mengatakan kepada diri sendiri, “Saya akan mengikuti sifat alam.”

Belajar bagaimana menghadapi krisis dengan jujur, memandang hidup dengan positif, melihat sisi terang dari segala sesuatu. Dengan demikian, secercah cahaya akan masuk ke dalam hati Anda dan menghalau kegelapan.

Kebahagiaan itu sebenarnya sederhana. Hanya membiarkan diri Anda merasa bahagia.

3. Melepas pikiran ruwet
Hilangkan hal itu dari kamus Anda. Tidak semua orang bisa menjadi contoh teladan yang dikagumi semua orang, namun semua orang dapat memiliki pikiran yang besar. Pikiran yang besar dapat meredam rasa sakit dan kesedihan seseorang; dapat mengompensasi kekurangan Anda; memungkinkan Anda untuk melanjutkan perjalanan hidup tanpa rasa takut dan membantu menyadari bahwa pikiran Anda sendiri dapat melampaui gedung pencakar langit dan gunung tertinggi!

Percaya pada diri sendiri, temukan relung sendiri dan Anda juga dapat memiliki kehidupan yang berharga.

4. Melepas rasa malas
Kerja keras dapat mengubah hidup seseorang. Jangan gelap mata, iri pada orang lain. Jika Anda dapat mencoba keras dan gigih, Anda juga bisa memilikinya. Karena ketika Anda berlatih hingga sempurna, itu adalah sebuah ketrampilan.

Hanya untuk mengingatkan: memperbaiki diri sendiri, bahagia, sehat, dan bersikap baik, akan memungkinkan Anda untuk memiliki kehidupan yang indah.

5. Melepas sikap buruk
Jika ingin berhasil, berusahalah untuk menjadi yang terbaik. Ganti sikap negatif Anda dengan positif. Ganti keacuhan dengan martabat, kemunafikan dengan ketulusan; pikiran sempit dengan toleransi, depresi dengan kebahagiaan, kemalasan dengan ketekunan, kerentanan dengan ketangguhan… selama Anda mau, Anda akan menjadi yang terbaik sepanjang hidup Anda.

Tidak ada yang bisa mempengaruhi hasil perjuangan Anda. Anda adalah satu-satunya yang bertanggung jawab. Meskipun tidak semua mimpi dapat menjadi kenyataan, mimpi indah dapat membawa keindahan pada hidup seseorang.

6. Melepas keluhan
Lebih baik bekerja keras daripada mengeluh. Semua kegagalan adalah dasar untuk sukses. Mengeluh dan menyerah adalah halangan yang mencegah datangnya keberhasilan. Menerima kegagalan dengan tenang adalah cara cerdas.

Mengeluh tidak dapat mengubah kenyataan, hanya kerja keras yang bisa membawa kembali harapan. Emas murni selalu ada saatnya bersinar.

Banyak mukjizat dalam kehidupan dibuat oleh orang yang lahir dalam lingkungan yang tidak menyenangkan.

Jangan khawatir pada hidup, dan jangan berpikir bahwa kehidupan memperlakukan Anda secara tidak adil. Pada kenyataannya, Anda diberikan porsi hidup yang sama dengan orang lain.

7. Melepas keraguan
Mengambil tindakan cepat. Setelah Anda memutuskan sesuatu, jangan ragu. Majulah ke tujuan Anda dan jangan menoleh ke belakang. Kesempatan muncul sekejab dan hanya kecepatan dan ketegasan yang dapat menangkapnya.

Mengambil tindakan cepat merupakan salah satu karakteristik orang sukses. Bila Anda tahu bahwa ide Anda baik, bertindaklah secepat Anda bisa, jika Anda melihat peluang yang baik, tangkaplah. Dengan demikian, Anda dijamin akan sukses.

Beberapa orang harus Anda lupakan. Beberapa kejadian baik untuk mengintrospeksi diri Anda. Beberapa hal harus diurus. Beberapa hal tidak bisa menunggu, dan sekali keraguan timbul akan mengakibatkan penyesalan dalam hidup Anda. Hanya jika Anda dapat membiarkan hal-hal tersebut pergi ketika Anda harus melepasnya, Anda dapat memperoleh kebahagiaan yang benar-benar milik Anda dalam hidup ini.

8. Melepas prasangka
Ketika pikiran Anda luas, langit dan bumi akan menunjukkan ruang.

Toleransi adalah kebaikan. Bila Anda menolerir orang lain, Anda benar-benar membuat ruang bagi jiwa Anda. Hanya dalam dunia yang penuh toleransi, manusia dapat memainkan lagu kehidupan yang harmonis.

Jika tidak menginginkan prasangka, kita harus menciptakan masyarakat yang toleransi. Jika kita ingin menghilangkan prasangka, pertama-tama kita harus menyingkirkan pikiran sempit.

Hanya dengan menyingkirkan prasangka jauh-jauh, seseorang dapat memiliki keharmonisan dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat.

Bukan hanya kita yang menginginkan kebahagiaan, tetapi juga teman dan saudara kita, dan bahkan orang asing. Kita ingin mereka semua merasakan kebahagiaan kita. Sukacita berbagi kegembiraan melampaui sukacita dalam memiliki.

sumber : kaskus.us