Tag


Seringkali kita tidak menyadari, bahwa kekuatan kata-kata yang terucap, baik di hati atau di mulut kita. Seringkali kata-kata yang terucap menjadi sebuah rutin / program yang kemudian berjalan dalam pikiran dan diri kita, dan kemudian berpengaruh pada kehidupan kita.

Banyak yang berkata, ”coba untuk selalu berpikiran positif” atau ”iklaskan semua yang telah terjadi”, tapi ternyata bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Bagaimana cara “real”nya untuk menerapkan ini semua?

Memang dengan berpikiran positif, maka kita mampu untuk menghadapi banyak hal-hal yang menyulitkan dan memberatkan kita di hari-hari kita, tetapi memang seringkali apa yang kita ucapkan terasa sangat berat.

Perlu contoh? Pernahkah anda berada dalam kondisi ini:

Anda bangun pagi dalam kondisi badan yang tidak terlalu fit, dan sepertinya masalah tidak memilih waktu dan tempat untuk muncul, timbul “sedikit” perdebatan kecil di pagi hari dengan pasangan anda (atau dengan keluarga yang serumah dengan anda). Dan, seperti hari ini tidaklah lengkap tanpa masalah beruntun berikutnya yang menimpa anda, anda berangkat dengan kondisi yang cukup terlambat, ditambah dengan kondisi kemacetan jalanan yang “agak” lebih banyak daripada biasanya. Alhasil? Ketika sampai di kantor, kata-kata pertama yang keluar dari mulut atasan anda sanggup membuat telinga anda memerah (apalagi anda tahu bahwa anda memang membuat kesalahan), karena terlambatnya anda atau pekerjaan lain yang memang belum selesai anda kerjakan. Belum cukup sampai disitu, beban pekerjaan yang bertubi-tubi benar-benar menjadikan hari anda hari itu seperti neraka rasanya. Masih ditambah dengan tekanan-tekanan dari klien/ pelanggan/mitra kantor anda yang berhubungan langsung dengan anda. Masih perlu ditambah lagi?

Nah, siapapun yang pernah berada dalam kondisi diatas, tahu bahwa untuk berpikiran positif saat itu sangatlah sulit (sekali lagi, sulit, bukannya tidak mungkin). Lalu, apa yang bisa dilakukan saat itu?

Saran untuk ”coba berpikiran positif” mungkin akan ditanggapi ”benar juga, ini Cuma sementara”, atau justru mungkin memicu kata-kata dalam hati ”bener sih, berpikiran positif bagus, tapi coba kalau kamu yang ada di dalam posisi saya, apa masih bisa ngomong seperti itu!” (tidak bisa tidak, sambil menulis, saya tersenyum-senyum sendiri, untuk hal yang juga pernah saya alami sendiri)

Salah satu cara yang praktis untuk mengatasi berbagai hal ini adalah dengan berterima kasih. Berterima kasih??? Ya, berterima kasih atas segala yang telah terjadi pada diri kita hari ini.

Terima kasih untuk badan yang terasa tidak fit ketika bangun di pagi hari..
Terima kasih untuk pasangan/keluarga yang ”menyebalkan” sebelum kita berangkat…
Terima kasih untuk kondisi jalanan yang macet ketika kita di perjalanan…
Terima kasih untuk atasan yang memarahi kita setibanya di kantor…
Terima kasih untuk klien kantor yang menekan kita ketika kita berhubungan dengannya…

Terima kasih untuk apapun yang tejadi pada diri kita, untuk setiap kejadian positif maupun negatif yang kita terima, yang kita alami, karena pasti ada sebuah pelajaran/hikmah yang memang PASTI dapat kita ambil dari situ. Kalau tidak ada? Berarti kita belum mencarinya dari sisi pandang lain, atau… biarkan saja pikiran kita yang akan ”meramunya” untuk kita.

Berterima kasih pada siapa? Pada pilihan yang telah kita ambil (untuk menyesal dan berterima kasih, energi yang kita keluarkan sama, buat apa memberikan efek negatif dengan menyesal? Dengan menyesal kita dapat kembali ke masa lalu? Tidak bukan…), pada Tuhan yang telah menempatkan kita pada suatu keadaan tersebut (yang pasti TIDAK mungkin TIDAK, pasti ada maksudnya, kita saja yg belum tahu).

Terima kasih untuk badan yang tidak terasa fit ketika bangun di pagi hari, karena dengan itu berarti kita diingatkan bahwa kita masih punya umur, masih hidup, dan kita tahu bahwa kalau kita mau berumur lebih panjang dan menikmati hidup, ada pola makan dan olah raga kita yang harus diubah…

Terima kasih untuk pasangan/keluarga yang ”menyebalkan” sebelum kita berangkat, karena dengan itu berarti kita masih punya seseorang yang terikat secara emosional dengan kita, sementara banyak sekali orang yang tinggal seorang diri hidup di dunia, atau sangat berharap ada seseorang yang bisa memeluk atau memarahinya, tetapi itu semua sekedar angan-angan…

Terima kasih untuk kondisi jalanan yang macet ketika kita diperjalanan, karena dengan itu berarti kita diingatkan, ketika lain kali ada sebuah urusan di pagi hari, kita mampu ingat bahwa kondisi jalanan macet dan kita mampu mengambil tindakan preventif dengan berangkat lebih pagi…

Terima kasih untuk atasan yang memarahi kita setibanya di kantor, karena dengan itu berarti kita masih punya pekerjaan, sementara banyak sekali orang di luar sana yang masih berharap untuk punya sekedar pekerjaan hari ini demi menyambung kehidupannya…

Terima kasih untuk klien kantor yang menekan kita ketika kita berhubungan dengannya, karena dengan itu berarti kita semakin matang dan bijaksanan secara emosi di pekerjaan, dan semakin belajar lebih banyak lagi tentang apapun yang menjadi bagian dari pekerjaan kita, sehingga makin ahli kita di bidang itu…

Dan bila anda merasa bahwa itu semua bukan sebuah pelajaran atau hikmah, tetaplah berterima kasih… biarkan pikiran bawah sadar anda yang menunjukkannya pada anda… biarkan…

Sebetulnya, bagaimana ”terima kasih” itu bekerja dalam diri saya?

Ketika kita mengucapkan ”terima kasih”, baik dalam hati maupun dengan berbicara, maka terjadi proses penyerapan kembali oleh pikiran kita. Nah, didalam pikiran itulah semua ini berawal.

Ketika sebuah kata-kata masuk ke dalam pikiran, secara singkat, yang terjadi adalah:

”Kata-kata” —-> Pikiran —-> Pikiran Bawah sadar —-> Diproses —-> Hasil —-> Ide/Perasaan

Proses inilah yang kira-kira terjadi dalam pikiran kita. Kekuatan dari kata-kata yang kita pikirkan (self talk) maupun yang terucap (external communication) mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa, yang mempengaruhi kita secara pikiran, emosi, maupun fisik.

Ketika kita mengucapkan terima kasih (pada diri kita atas pilihan kita ataupun pada Tuhan Sang Penguasa Alam Semesta), maka yang terjadi adalah di dalam pikiran bawah sadar kita mulai terjadi sebuah proses yang berkelanjutan. Proses yang kemudian menghasilkan sebuah ide atau perasaan. Ide atau perasaan apa? Kalau kata-kata yang kita ucapkan adalah terima kasih, maka apapun ide dan perasaan yang muncul adalah hal-hal yang menyenangkan.

Misalnya?

Muncul ide untuk berolah raga dan menjaga makan…
Muncul ide untuk mengubah cara berkomunikasi dengan pasangan/keluarga…
Muncul ide untuk mencari jalan lain atau mengubah waktu berangkat ke kantor…
Muncul ide untuk melakukan pendekatan berbeda dengan atasan…
Muncul ide untuk menghadapi klien kantor dengan cara yang lain…

Dan masih banyak ide dan perasaan menyenangkan yang bermunculan, dimana semua itu merupakan hasil proses dari pikiran bawah sadar (yang pastinya tidak kita sadari ketika pikiran bawah sadar sedang memproses kata-kata kita, wong namanya saja pikiran bawah sadar), dimana ketika proses tersebut dianggap sudah selesai (oleh pikiran bawah sadar), maka dilepaskanlah hasil tadi ke pikiran. Berupa apa? Tentu saja berupa ide atau perasaan…

Sebenarnya masih banyak lagi hal-hal yang bisa dibahas dari ucapan terima kasih, pada diri sendiri dan pada Tuhan, semuanya mampu membuat mata kita terbelalak. Begitu luar biasanya pengaruh kata-kata pada diri kita.

Jadi, Terima kasih untuk apa saja yang ingin anda ucapkan pada hari ini?