(1 SMA)
Saat aku duduk di kelas bahasa inggris, kutatap gadis disampingku. Dia adalah sahabatku. Kutatap rambut panjang sehalus sutra-nya, dan berharap dia adalah milikku. Tapi dia tidak menyadarinya, itu yg aku tahu.
Setelah kelas selesai, dia berjalan ke arahku dan meminta catatan yang ketinggalan kemarin, dan kuberikan padanya. Dia berkata “terima kasih” dan memberi ciuman di pipiku.
Aku ingin memberitahunya, aku ingin dia tahu kalau aku tak ingin hanya sekedar teman,aku mencintainya … tapi aku terlalu malu, & aku tak tahu kenapa.
(2 SMA)
Telepon berdering. Di ujung sana, ada dia. Dia menangis, dan berkata terus-terusan betapa kekasihnya telah menghancurkan hatinya. Dia memintaku untuk datang karena dia tak ingin sendirian, dan aku pun datang. Aku duduk di sofa di sebelahnya, menatap matanya yang lembut, berharap dia adalah milikku.
Setelah 2 jam berlalu dng sebuah film Drew Barrymore & tiga kantong kripik akhirnya dia memutuskan untuk tidur.
Dia melihatku, berkata “terima kasih” dan mencium pipiku.
Aku ingin memberitahunya, aku ingin dia tahu kalau aku tak ingin hanya sekedar teman,aku mencintainya … tapi aku terlalu malu, & aku tak tahu kenapa.
(3 SMA)
Sehari sebelum pesta kelulusan dia berjalan ke lokerku.
“Pasanganku sakit” katanya. Dia tidak mungkin bisa cepat sembuh & aku tak punya pasangan.
Sewaktu SMP, kami pernah membuat janji jika ada diantara kita yang tak punya pasangan maka kita akan datang berdua, sebagai teman baik. Dan itu yang kami lakukan. Baca lebih lanjut